Terlambat Bicara
Dalam mempelajari komunikasi verbal dan bicara
(melakukan komunikasi verbal secara aktif), ada 3 fungsi dasar yang terlibat :
Input, yaitu bagaimana anak menyiapkan dirinya dengan
tenang, dan memusatkan/memfokuskan telinganya untuk menangkap suara, dan
matanya untuk melihat pembicara serta objek yang sedang dibicarakan. Contoh :
memalingkan diri kepada suara ibu, menghentikan ketukan-ketukan yang dibuatnya
dengan tangan di meja.
Processing, yaitu bagaimana otak
menginterpretasikan/menerjemahkan suara yang didengar, (contoh : memahami
kata-kata ibu) dan kemudian membangun ide berdasarkan interpretasi itu (menganalisis
lebih lanjut, mengambil kesimpulan, memikirkan balasan verbal, memikirkan apa
yang ingin dikatakan).
Output, yaitu bagaimana tubuh melaksanakan perintah
otak untuk mengeluarkan respon berdasarkan interpretasi dan ide yang sudah
dibuat. Misalnya, tangan meraih sampah (karena ibu menyuruh mengambil sampah),
atau mulut bergerak bicara (misalnya otak memerintahkan untuk membalas dengan
kata-kata, “Bukan aku yang buang kok”), atau mulut tersenyum (karena malu sudah
ketahuan melempar sampah di situ.
Semua proses ini, semestinya berjalan dengan sangat
cepat, seperti otomatis, sehingga orang bisa balas-membalas komunikasi verbal
dengan lancar. Akan tetapi, adanya kelemahan dalam ketiga fungsi di atas akan
menyebabkan hambatan dalam buka-tutup komunikasi verbal.
Kelemahan Fungsi Input
Anak kesulitan untuk mengatur tubuhnya agar tenang,
nyaman, sehingga bisa mengarahkan telinga untuk bersiap menerima suara, (dan
juga matanya untuk melihat pembicara serta objek yang sedang dibicarakan). Mungkin
anak sibuk berlari ke sana-sini, sibuk melihat sesuatu lain yang menarik
perhatiannya, atau terganggu dengan suara-suara lain yang bukan suara utama. Di
sini, problem bisa muncul karena faktor regulasi, hipersensitivitas, dan juga
hiposensitivitas. Hiposensitif misalnya, anak tidak sadar bahwa dirinya sedang
diajak bicara apabila pembicara hanya menggunakan suara datar, tidak bersuara
cukup keras dan antusias. Hipersensitif misalnya, anak terganggu dengan apa
yang lewat di sekitar, gerakan orang, atau suara-suara lain.
Kelemahan Fungsi Processing
Dalam processing atau menerjemahkan, yang berperan
penting adalah memori. Suara, yang datang kata per kata, harus segera dicari
maknanya dengan mengambil apa yang sudah disimpan dalam memori, yaitu
perbendaharaan kata (kosakata). Dan karena tidak hanya satu kata yang didengar,
maka otak harus menerjemahkan dengan cepat sambil menahan potongan-potongan
arti itu (juga dalam memori jangka pendek). Misalnya, kalimat “Binatang yang
ada di kebun binatang, besar, berkaki empat, warna abu-abu, mempunyai hidung
panjang”, maka anak harus mampu menerjemahkan satu per satu dengan cepat,
membayangkan kebun binatang, membayangkan sesuatu yang besar, membayangkan kaki
berjumlah 4, membayangkan seperti apa warna abu-abu, membayangkan hidung
panjang – sambil tetap mempertahankan semua hasil interpretasi itu. Jika anak
belum familiar dengan tiap kata yang diucapkan, tentu akan sulit mengartikan kalimat
yang diucapkan itu. Begitu pula jika anak belum punya memori tentang sosok
gajah, dia pun tidak bisa memberikan “gajah” sebagai respon jawaban.
Kelemahan Fungsi Output
Anak yang mempunyai kelemahan dalam oral-motor (otot
penggerak rahang bawah, lidah, bibir) atau organ bicara lainnya (pita suara,
dll), ketika otaknya memerintahkan untuk mengeluarkan kata “gajah”, ia akan
sulit berbicara “gajah”.
Jika anak mengalami keterlambatan bicara hanya karena
fungsi organ bicaranya yang terganggu, akan nampak tandanya, yaitu anak bisa
mengikuti instruksi dengan bertindak (melakukan perintah dengan menggerakkan
tubuhnya, mengambil sesuatu, berjalan ke arah ... ).
Akan tetapi, sangat banyak anak yang terganggu di
fungsi input dan processingnya. Anak gagal memperhatikan suara dan/atau gagal
saat memahami (auditory processing).
Bagaimana jika anak mempunyai masalah dalam Auditory
Processing?
Tidak perlu terlalu cemas, karena, walaupun Auditory
Processing ini terkait dengan kondisi neurologis, kita tetap bisa melakukan
upaya, strategi untuk meminimalkan dampaknya.
Auditory Processing
Anak yang mempunyai kelemahan dalam processing,
kurangnya memori kosakatanya ini disebabkan karena proses belajar kata-kata
selama ini tidak efektif. Bisa karena lingkungan kurang menstimulasi (kurang
mengenalkan penggunaan berbagai kata), namun juga yang sangat kerap terjadi
adalah karena anak gagal memfokuskan diri (telinganya dan matanya belum
terfokus dengan baik), atau dengan kata lain, fungsi inputnya belum optimal.
Jadi, karena itu, pada banyak kasus, yang harus dilakukan pertama kali adalah
memperbaiki kemampuan fokus anak terhadap suara atau mengoptimalkan fungsi
input ini. Kita harus mencari cara :
- Bagaimana agar anak bisa mengendalikan tubuhnya lebih tenang, tidak sibuk mencari sensasi.
- Bagaimana agar anak bisa ditarik perhatiannya, dengan suara yang seperti apa? (misal, dengan suara yang lebih keras, atau justru lebih lembut, dengan nada yang cenderung rendah atau tinggi).
- Bagaimana meminimalkan gangguan (distraksi) dari lingkungan yang membuat ia terganggu, merasa tidak nyaman.
Tentu saja di samping itu, kita harus terus menyajikan
komunikasi verbal sebagai sumber informasi untuk belajar anak. Teruslah tarik
anak dalam buka-tutup komunikasi, berikan contoh-contoh percakapan sehari-hari.
Pastikan Anda menarik perhatiannya dulu, menarik emosinya untuk mau
mendengarkan Anda.
Auditory Processing ini jelas bisa ditingkatkan. Jika
Anda tidak percaya, amati bagaimana kita berproses mempelajari sebuah bahasa
asing.
Bayangkan, kita terdampar di sebuah negeri asing. Saat
itu, sama sekali kita belum paham bahasa mereka. Bagaimana kita belajar bahasa
asing tersebut?
- Kita mendengar orang sana bicara sambil melihat objek-objek, misalnya, orang menawari kita makan roti, sambil menyebut “bread”. Berulang-ulang, tiap kali kita melihat roti, kita mendengar orang menyebut “bread”, maka kita jadi yakin bahwa “bread” artinya roti. – Inilah yang disebut active learning, yaitu belajar tidak hanya dengan mendengar kata diucapkan, tapi mengalami : melihat, menyentuh, merasakan).
- Kita pun kemudian berusaha memperoleh nama benda-benda lain yang biasa sangat kita butuhkan, agar kita lebih mudah mendapatnya (inilah motivasi). Nama benda yang kita sukai, otomatis juga lebih mudah dihafal.
- Lebih enak jika orang sana berbicara kepada kita dengan tidak terlalu cepat, mungkin 1-2 kata dulu, bukan 10 kata langsung, dan juga berbicara dengan intonasi yang enak.
- Lebih enak jika orang sana menggunakan isyarat juga untuk menyertai kata-kata mereka, sehingga kita lebih mudah mengerti apa yang diucapkannya.
- Dan, sangat beruntung sekali jika kebetulan di sana kita bisa bertemu dengan orang yang bisa berbahasa Indonesia sekaligus berbahasa asing itu. Dengan pendampingan seseorang yang mengerti bahasa kita, pasti kita akan lebih cepat belajar.
Pemahaman anak terhadap kata (yang merupakan hasil
belajar dari lingkungan), mempengaruhi juga konsentrasinya untuk mendengar
(Processing berdampak pada fungsi Input). Mengapa? Ketika anak belum familiar
dengan kata-kata yang didengarnya, maka ia akan melakukan interpretasi dengan
usaha yang besar, sehingga membuat ia mudah lelah. Akibatnya, ia hanya mampu
mengeluarkan energinya untuk menangkap sedikit saja dari isi pembicaraan.
Ibaratnya, kalau kita mendengar seminar berbahasa Inggris, mungkin baru 5
kalimat diucapkan, kita sudah sangat lelah, lalu seketika pikiran kita pun
pergi melayang entah ke mana.
Anak-anak, mempunyai mekanisme ‘melarikan diri’. Ketika
ia berhadapan dengan suara-suara yang sulit diterjemahkan, ia akan ‘lari’,
berusaha mengabaikan, dan memfokuskan diri pada hal lain, yang lebih mudah
baginya untuk dilakukan, yang menyenangkan dirinya.
Apa yang harus dilakukan lingkungan untuk memudahkan
proses?
Menarik anak untuk mendengarkan, dan bicara semenarik mungkin bagi anak. Kita tidak hanya berusaha agar anak mendengar apa yang kita katakan, tapi yg lebih utama, yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah kita menciptakan kesan tentang diri kita sebagai sosok yang menyenangkan baginya. Dengan ini, suara kita akan ditandai anak secara spesial, suara spesial yang asyik untuk didengarnya. Ciptakan ikatan emosional dengan anak, dan lakukan langkah berikut.
- Panggil anak untuk menunjukkan hal-hal yang menarik, yang asyik, yang luar biasa.
- Berkomentarlah terhadap apa yang sedang menarik perhatiannya (misal, anak tertarik melihat iklan televisi sabun deterjen yang ada kuman-kumannya).
- Bicaralah dengan melebih-lebihkan. Misalnya, saat adegan iklan obat cacing, cacing tertindas, kita ikut berteriak “Aaa”; saat anak suka melihat iklan deodoran, waktu sang bintang iklan bicara “Ha, ketiakmu kasar!”, kita membuka lengan anak dan menggelitik ketiaknya; Saat kucingnya Postman Pat terlilit sosis, kita pura-pura melakukan gerakan dengan tangan memutari leher anak seolah-olah melilit sambil bicara “uwer, uwer, uwer...”; Saat Postman Pat digigit pantatnya oleh seekor kambing, kita menyambut adegan itu, “Awas, mau digigit!” lalu saat si kambing menggigit, kita mencubit pantat anak kita.
- Bicaralah dengan intonasi yang bagus, nada yang antusias. Ingat, esensi komunikasi tidak terletak pada isi verbalnya, melainkan bagaimana aspek nonverbalnya (ekspresi wajah pembicara, nada, gerak-gerik tubuh). Walaupun anak belum mengerti isi verbalnya, ia akan selalu tertarik lebih dahulu untuk melihat aspek nonverbal dari pembicara ini.
Dalam perkembangan anak, komunikasi nonverbal selalu
mendahului komunikasi verbal. Jadi, jika anak sudah mampu berinteraksi secara
nonverbal (ia bisa berkomunikasi dengan tatapan mata, senyuman, raut wajah,
gerak kepala, gerak tubuh), berarti ia sudah cukup bagus dalam fungsi input dan
processing. Tinggal kemampuan processing (perluasan kosakata) dan oral-motor
yang perlu dipastikan berjalan mulus.
*yang saya maksud kosakata, bukan hanya anak hafal
ucapan kata-katanya, tetapi anak sungguh-sungguh memahami utuh artinya, dan
tahu konteks kata-kata itu (untuk kata abstrak). Sebagai contoh, anak yang
menggunakan kata-kata untuk bernyanyi, seringkali tidak memahami arti
kata-katanya, karena hanya terbiasa mendengar, namun belum tentu memahami tiap
kata yang ada di dalam lagu.
Komentar
Posting Komentar