Kontak Mata

Kontak mata adalah hal yg paling sering dikhawatirkan karena orang beranggapan bahwa kontak mata merupakan gejala utama autisme. Akan tetapi, ada beberapa kemungkinan sebab yg melatarbelakangi anak tidak melakukan kontak mata kepada orang lain, baik yang sifatnya neurologis (pd anak autis) maupun yang bukan neurologis. Bukan berarti bahwa kontak mata yang disebabkan kelemahan neurologis pada anak autis lebih buruk prognosisnya, hanya saja jika terdapat faktor neurologis, maka upaya perbaikan harus ditempuh dengan cara ganda, yaitu stimulasi secara emosional dan intervensi medis. 

Faktor neurologis yang mempengaruhi kontak mata, yaitu :
  • Koordinasi mata, kemampuan bola mata bergerak mengarah kepada objek, dan mempertahankan posisi bola mata pada objek. Selain mata, ditambah juga dengan tonus otot dan koordinasi otot leher. Anak yang mempunyai masalah dalam otot leher, bisa kesulitan untuk menghadapkan wajahnya ke arah orang. 
  • Persepsi visual, yaitu kemampuan mata dan sensori visual otak untuk menangkap, mengidentifikasi objek dan pola. Persepsi visual yang baik, mampu mengenali objek-objek yang berhubungan, atau yang sejenis, mengenali pola. Misalnya, ketika melihat mata, hidung, mulut, dahi, orang bisa menangkapnya sebagai satu kesatuan, yaitu wajah manusia; ketika melihat dinding yang bertaburan berbagai benda, orang masih dapat mengenali benda berbentuk persegi panjang sebagai pintu. Pada anak yang mempunyai masalah dalam persepsi visual, ia kesulitan mengenali objek wajah (tidak menilainya sebagai objek spesial di antara objek-objek sekitarnya), sehingga tidak memfokuskan matanya kepada wajah/mata orang. 

Di samping faktor neurologis itu, ada juga faktor lain, yaitu faktor emosional anak.

Motivasi anak
Untuk melakukan kontak mata, anak harus mempunyai motivasi untuk melihat orang. Apabila anak tidak merasa butuh untuk berkomunikasi atau membalas komunikasi, ia enggan untuk menatap mata. Anak yang lebih digerakkan oleh motivasi internalnya, juga sering enggan untuk menatap mata dan mendengarkan orang lain saat dipanggil dan diajak bicara, karena ia sibuk dengan aktivitasnya atau pemikirannya sendiri. Ia baru mau menatap mata orang saat ia ingin meminta sesuatu, atau butuh ditolong, atau saat ia merasa ingin mengkomunikasikan sesuatu. 

Rasa nyaman
Anak yang tidak merasa nyaman, tentu akan gelisah dan sibuk dengan dirinya. Anak bisa merasa tidak nyaman dgn faktor fisik lingkungan (suara, tingkat cahaya, suhu, keramaian objek, dsb), bisa juga tidak nyaman dengan orang. Bayangkan apabila kita masuk dalam sebuah pesta di mana kita sama sekali tidak mengenal orang-orang di sana, kita cenderung menghindari kontak mata dengan orang-orang di sana (saat kebetulan bertatap mata, kita segera mengalihkan pandangan). 

Walaupun kontak mata anak yang kurang bagus disebabkan faktor emosional (bukan kondisi neurologis), orangtua juga tidak semestinya menjadi lengah membiarkan. Anak perlu belajar komunikasi yang baik lengkap dengan aspek nonverbalnya. Kontak mata sangat mendukung komunikasi timbal-balik dengan orang lain. Selain itu, jika penyebabnya adalah karena anak sulit merasa nyaman dengan lingkungan fisik (mudah terganggu, gelisah), biasanya kemampuan fokus dalam indera-inderanya yang lain pun bisa terganggu. Jika anak sulit merasa nyaman dengan keberadaan orang lain, sulit merasa nyaman untuk terlibat interaksi dengan orang lain, maka ia berisiko untuk terhambat berbagai segi perkembangannya karena sangat banyak kemampuan yang dipelajari dari interaksi dengan orang lain. Oleh karena itu, tidak baik jika kita menyepelekan faktor emosional ini. 

Yang saya bahas di sini baru terfokus pada bagaimana kemampuan anak untuk melakukan kontak mata saja, bukan bagaimana anak merespon ketika dipanggil atau respon ketika diajak bicara. Respon ketika dipanggil atau diajak bicara berkaitan dengan kemampuan lain, yaitu kemampuan fokus dan processing secara auditori.
Orang pada umumnya melakukan kontak mata 75% ketika bicara (dan 40% ketika mendengarkan). Jadi, sebagai patokan, semestinya, anak kita juga melakukan kontak mata 75% saat ia mengajak berkomunikasi dengan kita.   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menarik Perhatian Anak (1) : Menjadi Teman Main

PINTU untuk Anak ABK