Mengharap Respon Anak

Salah satu kemampuan berkomunikasi adalah membalas komunikasi yang diberikan orang lain. Balasan atau respon ini tidak selalu berbentuk bicara (komunikasi verbal), tapi bisa juga hanya berupa komunikasi nonverbal, misal : anak menatap wajah kita, melihat ke arah yang kita tunjuk, tersenyum, mengangguk, menggeleng. 

Anak ABK sangat perlu berlatih terus dalam buka-tutup komunikasi. Tentu saja itu berarti bahwa mereka butuh pendamping yang ada di sisi mereka yang siap untuk berinteraksi setiap saat dengan mereka. 

Cara terbaik dan sekaligus paling mudah untuk melatih mereka buka-tutup komunikasi adalah kita membangun komunikasi berdasarkan apa yang ada di depan, yaitu anak dan minatnya. Sebagai contoh, ketika anak asyik bermain clay, kita berkomentar, "Wah, kelihatannya kamu asik banget main clay itu" Anak mungkin mengangguk atau menoleh, atau berkata, "Iya" terhadap komentar kita. Kita pun berbicara lagi, "Hmmm mama tebak, kamu bikin kue, ya kan?" Anak mungkin menjawab "iya", atau "bikin kue coklat" atau menyodorkan kuenya kepada kita untuk kita cicipi. Kita pun dengan antusias meraih piring berisi kue itu, mencium aromanya, dan berkata "Hmm...", pura-pura memasukkannya ke mulut kita, "Nyam.. nyam" Anak tersenyum, lalu berkata, "Enak?" atau "Mau kubuatin lagi?"  Buka tutup komunikasi seperti ini tidak melelahkan bagi anak, karena berdasar pada minatnya, sehingga ia termotivasi untuk membalas komunikasi kita. Ia terus mempertahankan konsentrasinya untuk melihat, mendengar respon kita, dan membalasnya, begitu terus-menerus, karena motivasi ini. 

Latihan buka-tutup komunikasi penting tidak hanya untuk mengasah kemampuan komunikasinya, melainkan juga kemampuannya untuk berpijak pada realita - karena pada saat komunikasi dua arah ini ia terbuka pada 'outer world', menjaga konsentrasinya pada 'outer world',  dan kemampuan logikanya, yaitu kemampuan menjaga koneksi satu hal dengan hal lain - karena komunikasi dua arah mengharuskan ia membangun komunikasi yang berhubungan satu dengan yang lain, kalimat yang berhubungan satu dengan yang lain : kalimatnya dengan kalimat orang lain, tindakannya dengan tindakan orang lain. 

Step berikutnya yang lebih sulit dalam komunikasi dua arah adalah menjawab pertanyaan orang lain. Dalam proses anak belajar komunikasi verbal, anak mempelajari bahwa ada nada bicara khusus yang dipakai untuk bertanya, dan kata tanya itu sendiri (apa, siapa, di mana, mengapa). Ketika orang menggunakan nada/intonasi meninggi, berarti orang mengharapkan respon dari orang lain yang diajak bicara. Dengan terus-menerus mengamati komunikasi verbal dari orang lain, anak akan belajar untuk menjawab pertanyaan. 
Secara alami, dalam aktivitas sehari-hari saat bersama anak yang masih bayi, orangtua juga sering memberi contoh bertanya-menjawab ini, orangtua melontarkan pertanyaan dan menjawabnya sendiri, "Bebeknya di mana ya? Oh, di balik gayung."  "Apa yang ada di kantongnya Eli ya? buah beri". 

Ketika anak makin baik komunikasi verbalnya, kita bisa makin tinggi mengharapkan respon komunikasi verbalnya. Akan tetapi, seringkali orangtua menemukan bahwa anaknya mengalami kesulitan, karena pada kenyataannya, membalas pertanyaan verbal ini membutuhkan beberapa kemampuan, antara lain : kemampuan berkonsentrasi pada suara, kemampuan memahami pertanyaan, kemampuan mencari dalam ingatan jawaban atas pertanyaan tersebut (bisa membutuhkan kemampuan imajinasi akan hal yang telah berlalu), dan juga kemampuan mencari kata-kata dan menyusunnya menjadi sebuah kalimat. Hal yang kompleks, bukan? Anak yang mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan orang lain, punya kecenderungan 'lari', yaitu mengabaikan pertanyaan dan tidak menjawab, atau beralih pada hal lain di luar topik. 

Berikut adalah tips bagaimana melatih anak menjawab pertanyaan orang lain. 

  • Mengulang pertanyaannya. Apabila anak 'lari', kita hrs tetap mengejar respon anak, jadi, coba ulang lagi pertanyaannya. 
  • Menyederhanakan kalimat. Mungkin anak kesulitan menangkap maksud kita, jadi kita coba menyederhanakan kalimat, atau mengganti kata-katanya dengan kata-kata yg lebih familiar bagi anak. 
  • Memperjelas dengan petunjuk, misal menunjukkan arah, atau menunjukkan barang.
  • Mengingatkan ia untuk balik ke topik/pertanyaan jika ia bicara menyimpang. Misal : "Tadi mama baru tanya tentang ... kok km malah cerita mainanmu. Iya, mama tau km baru pengen cerita itu, tapi mama pengen km jawab dulu..."
  • Bantu ia untuk menjawab dengan memberi pilihan. Carilah cara untuk menolongnya menjawab pertanyaan. Yang terpenting adalah ia memberikan respon. Berikan ia dua pilihan dulu saja. Tapi, dalam memberikan pilihan berikan 1 jebakan, yaitu yg kita tahu tidak disukai anak, dan tempatkan opsi ini di belakang, karena anak punya kecenderungan menjawab dengan mengambil pilihan terakhir kalimat.  "Kamu mau A atau B?" (B adalah pilihan jebakan.

Misalnya, ketika masuk mal, kita tanya "Enaknya kita ke mana dulu ya?" (belum ada respon)   "Kamu pengen ke mana?" (belum ada respon)  "Kamu ingin lihat-lihat apa?"   "Kamu mau lihat mainan atau baju?" (Anak masih bingung)  "Oh, kamu juga bingung ya... Bagaimana kalau kita lihat baju dulu aja ya... Kamu mau?" Anak mengangguk, berarti kita sudah dapat responnya. Ajak ia ke toko baju. Kalau sampai di depan toko baju ia menolak, kita berkata, "Oh, ternyata kamu nggak mau ke sini. Jadi, kamu ingin lihat apa?"

Mengejar demi mendapatkan respon anak memang cukup melelahkan, akan tetapi, harus tetap kita lakukan, karena hanya dengan demikianlah anak bisa berlatih untuk merespon komunikasi orang lain secara verbal (ingat, sebagian anak mempunyai kesulitan-kesulitan dalam hal yang saya sebut di atas). Selain itu, dengan kita terus mengejar respon mereka,  akan membentuk dalam diri mereka rasa 'bertanggung jawab' untuk menjawab, sehingga ia tidak terbiasa 'lari'.
Melatih anak untuk merespon komunikasi, buka-tutup komunikasi ini, akan sangat bermanfaat demi anak bisa terlibat makin penuh dalam komunikasi dengan orang lain, yang selanjutnya akan membawa manfaat bagi berbagai perkembangannya, sosial, emosional, dan intelektual. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menarik Perhatian Anak (1) : Menjadi Teman Main

PINTU untuk Anak ABK

Kontak Mata