Menarik Perhatian Anak (2) : Berbicara
Banyak anak yang sukar ditarik perhatiannya untuk mendengar apa yang kita katakan. Ada beberapa hal yang membuat mereka sulit fokus untuk mendengar :
- Hiposensitif secara auditori. Anak kurang peka terhadap suara dengan volume tertentu dan ketinggian tertentu. Misalnya, anak tidak sadar bahwa dirinya sedang diajak bicara jika suara yang datang kurang keras dan bernada datar agak rendah.
- Hipersensitif secara auditori. Anak terlalu peka pada suara sehingga suara yang agak keras pun membuat telinganya sakit, atau nada yg tinggi, atau sebaliknya, nada yg rendah membuat telinganya tidak nyaman. Ketika suara yg datang membuat tidak nyaman telinganya, maka reaksi natural adalah 'menutup' telinga (bisa scr fisik, bisa jg mengabaikan suara itu dan berfokus pd yg lain). Hipersensitif auditori juga membuat anak mudah sekali terganggu oleh suara-suara lain yang bukan suara utama.
- Kemampuan regulasi anak belum bagus. Untuk mendengar dengan baik, anak harus dapat membuat dirinya nyaman, dan kemudian mengatur tubuhnya agar siap mendengar. Anak yang hipersensitif indera-inderanya, mudah merasa terganggu, misalnya anak terganggu dengan cahaya yang terang, kasarnya kain bajunya, udara yang pengap, bau tertentu, senggolan orang, dan sebagainya. Mengatur tubuh untuk siap mendengar, berarti anak harus menghentikan gerak-gerak tubuhnya, menghentikan mulutnya agar tidak bicara, mengarahkan telinga dan matanya.
- Anak mempunyai kesulitan dalam menginterpretasikan kata dan kalimat yang diucapkan. Kosakata anak belum banyak, dan pemahaman belum kokoh. Apabila interpretasi kata belum mampu dilakukan anak secara cepat sekali dan otomatis, maka anak mudah lelah untuk mendengar (karena ia butuh usaha ekstra untuk menerjemahkan). Apalagi jika kalimat yang diucapkan panjang, terdiri dari 2 klausa atau lebih, anak akan makin merasa sulit.
- Karakter anak, yaitu motivasi internal yang besar membuat ia enggan untuk mendengarkan orang lain. Ia asyik dengan apa yang sedang dilakukannya dan apa yang sedang dipikirkannya.
Jika kita melihat kemungkinan-kemungkinan di atas yang menjadi penyebab anak kita sulit disuruh mendengar, maka kita bisa melakukan upaya berikut dalam berbicara.
Bicara dengan tingkat volume dan tinggi suara yang disukai anak, dengan intonasi yang bagus, jeda yang tepat, dan lakukan dengan antusias.
Bicara dengan kalimat yang cukup pendek, dengan jeda antarklausa. Bagi Anda yang suka berbicara cepat dan langsung membuat kalimat panjang, usahakan untuk berbicara lebih singkat, atau memberi jeda per klausa. Misal : daripada berkata "Ayo cepat kamu harus mandi sekarang kalau nggak papa bisa terlambat ke kantor", lebih baik berkata "Ayo mandi ya... papamu takut terlambat." Nanti seiring makin bagusnya anak menangkap kalimat, Anda boleh memperpanjang kalimat.
Bicaralah dengan tambahan bantuan, misalnya, gerakan, tindakan fisik, bantuan visual. Contohnya : "Pororo pakai kacamata bulat" sambil membuat lingkaran dengan jari dan ditempelkan mata seperti kacamata.
Bicaralah tentang apa yang sedang disukai anak. Misalnya, anak baru suka sebuah iklan obat cacing, ketika adegan cacing tergencet, Anda bisa berkata, "Aaaa cacingnya mati." Atau iklan mouthwash anak, waktu anak meniup kuman2nya, Anda ikut menirukan adegan meniup "huuuufff... pergi kuman!" Atau anak suka adegan film Postman Pat terjebak di pohon dan digigit pantatnya oleh kambing, Anda bisa berkata "Awass pantatnya mau digigit!" dan kemudian waktu pantatnya digigit, Anda mencubit pantat anak.
Banyak-banyaklah memanggil anak untuk menunjukkan sesuatu yang menarik. Ini akan membiasakan kepada anak untuk mendengar, karena ia akan mempunyai feeling bahwa kalau Anda memanggil, pasti ada hal yang menarik yang akan Anda tunjukkan. Bila Anda menunjukkan sesuatu namun mata anak kurang cepat atau sulit mengarah ke arah yang Anda tunjuk (mungkin juga dia sedang kurang konsentrasi), ambillah tangan anak dan arahkan ke arah yang Anda tunjuk.
Bicaralah kepada orang lain tentang anak. Anak secara alami akan ingin mendengar cerita begitu mendengar namanya disebut dalam pembicaraan orang. Tapi ingat, bicara khusus tentang hal yang positif saja, jangan bicara tentang keburukan anak. Misalnya, saat ayahnya sudah pulang kerja, ibu bisa menceritakan kejadian yang dialami anak, prestasi yang dibuat anak hari itu. Kalimat-kalimat yang dibicarakan ibu kepada ayah, akan menambah kemampuan verbal anak. Jadi, gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya.
Semakin kita bisa membuat anak mendengarkan kita, semakin bagus proses anak untuk belajar kosakata dan bahasa. Terus-menerus mendengar orang bicara adalah jalan meningkatkan kemampuan Auditory Processing anak.
Komentar
Posting Komentar