Berhadapan dengan Rasa Malu Menghadapi Perilaku 'Aneh'
Sebagai ortu anak ABK, tentu kita tidak jarang menghadapi perilaku anak yg 'aneh'. Tertawa sendiri, tiba2 marah sendiri, melakukan gerakan2 yg tidak wajar seperti mengibas2kan tangan, berguling2, menggoyang2kan kepala, memutar2kan badan seperti orang mabuk, dsb. Pada saat seperti itu, timbul perasaan kecewa campur malu dlm hati kita. Belum lagi kalau hal seperti ini terjadi di depan orang lain. Ingin rasanya kita mengabaikan itu dan memfokuskan diri pada hal lain.
Akan tetapi, perilaku 'aneh' seperti ini sebetulnya bukan hal yg aneh luar biasa kalau kita memahami apa yg ada di baliknya.
Ekspresi perasaan berlebihan, biasa terjadi kalau seseorang terlalu sensitif scr emosional. Tidak semua orang seperti ini, namun sebagian orang memang lebih emosional. Misalnya saja, ada org yg ketika gembira sekali, ia sampai ingin berlari2 sambil berteriak2.
Perasaan yg 'tidak pada tempatnya' dialami ketika kita mempunyai imajinasi dlm pikiran kita. Misalnya saja, saat sedang duduk di bus, tiba2 kita terbayang suatu hal yg lucu, tentu saja seketika kita sulit menahan tawa. Atau misalnya kita marah saat di rumah padahal kemarahan sudah kita bawa dari kantor.
Gerakan yg di luar kontrol, bisa terjadi jika orang kurang punya kemampuan kontrol motorik yg baik. Pernah tidak, merasakan tiba2 seperti ada energi di dalam tubuh kita dan kita ingin bergerak2.
Kurang lebih, begitulah yang dirasakan anak2 ini.
Lalu, apa kita akan membiarkan saja atau mengabaikan ketika anak seperti ini? Sebaiknya tidak. Datanglah kepada anak, bicaralah, "Oh kamu sedang senang ya..." raih tangan anak dan ikutlah bergerak seolah2 kita mau ikut dalam kegembiraannya. Kalau anak tantrum, kita bisa bilang, "Kamu marah ya, karena..." atau "Dik, kamu marah... ssst ssst ssst... (menenangkan dgn suara lembut, mengelus2)... kenapa?"
Dengan selalu ditemani, anak akan selalu berada dlm kontak dgn 'realita', sehingga ia tidak hanyut tak terkendali. Kontak dgn orang akan membawa ia pada kesadaran akan lingkungan sekitar. Sehingga, harapannya, akan makin kuat kesadarannya terhadap lingkungan sehingga ia bisa mempunyai inner world namun tetap sadar akan outer world, sama seperti orang dewasa, yg mempunyai inner world (pikiran, perasaan) namun tetap terhubung selalu dgn outer world.
Komentar
Posting Komentar