Postingan

Kekuatan Magis Relasi

Apakah kita suka memandang orang yang kita cintai? Apakah kita tertarik mendengar kata-katanya? Apakah kita ingin bicara dengannya, menceritakan tentang ini dan itu kepadanya? Itulah kekuatan magis dari relasi, relasi dengan orang yang kita sayangi. Begitu pula yang terjadi dengan anak. Relasi dengan primary caregiver (pengasuh utama) menjadi sebuah hal yang paling istimewa untuk perkembangan anak. Dalam relasi inilah anak belajar untuk mengarahkan perhatiannya (fokus, konsentrasi), belajar untuk membalas komunikasi (nonverbal dan verbal), dan berinisiatif membuka komunikasi dengan orang lain. Betapapun sulitnya usaha, yang mungkin muncul karena faktor kelemahan dalam diri anak, dia akan selalu mempunyai motivasi untuk memperhatikan dan balas- membalas komunikasi dengan orang yang paling dicintainya. Dari sanalah, kemampuan fokus, kemampuan komunikasi terus diasah. Bukan hanya itu saja, sebagian besar kemampuan yang berkembang sebagai hasil belajar dari lingkungan, akan efektif

Mengharap Respon Anak

Salah satu kemampuan berkomunikasi adalah membalas komunikasi yang diberikan orang lain. Balasan atau respon ini tidak selalu berbentuk bicara (komunikasi verbal), tapi bisa juga hanya berupa komunikasi nonverbal, misal : anak menatap wajah kita, melihat ke arah yang kita tunjuk, tersenyum, mengangguk, menggeleng.  Anak ABK sangat perlu berlatih terus dalam buka-tutup komunikasi. Tentu saja itu berarti bahwa mereka butuh pendamping yang ada di sisi mereka yang siap untuk berinteraksi setiap saat dengan mereka.  Cara terbaik dan sekaligus paling mudah untuk melatih mereka buka-tutup komunikasi adalah kita membangun komunikasi berdasarkan apa yang ada di depan, yaitu anak dan minatnya. Sebagai contoh, ketika anak asyik bermain clay, kita berkomentar, "Wah, kelihatannya kamu asik banget main clay itu" Anak mungkin mengangguk atau menoleh, atau berkata, "Iya" terhadap komentar kita. Kita pun berbicara lagi, "Hmmm mama tebak, kamu bikin kue, ya kan?" A

Kontak Mata

Kontak mata adalah hal yg paling sering dikhawatirkan karena orang beranggapan bahwa kontak mata merupakan gejala utama autisme. Akan tetapi, ada beberapa kemungkinan sebab yg melatarbelakangi anak tidak melakukan kontak mata kepada orang lain, baik yang sifatnya neurologis (pd anak autis) maupun yang bukan neurologis. Bukan berarti bahwa kontak mata yang disebabkan kelemahan neurologis pada anak autis lebih buruk prognosisnya, hanya saja jika terdapat faktor neurologis, maka upaya perbaikan harus ditempuh dengan cara ganda, yaitu stimulasi secara emosional dan intervensi medis.  Faktor neurologis yang mempengaruhi kontak mata, yaitu : Koordinasi mata, kemampuan bola mata bergerak mengarah kepada objek, dan mempertahankan posisi bola mata pada objek. Selain mata, ditambah juga dengan tonus otot dan koordinasi otot leher. Anak yang mempunyai masalah dalam otot leher, bisa kesulitan untuk menghadapkan wajahnya ke arah orang.  Persepsi visual, yaitu kemampuan mata dan sensori vis

Menarik Perhatian Anak (2) : Berbicara

Banyak anak yang sukar ditarik perhatiannya untuk mendengar apa yang kita katakan. Ada beberapa hal yang membuat mereka sulit fokus untuk mendengar :  Hiposensitif secara auditori. Anak kurang peka terhadap suara dengan volume tertentu dan ketinggian tertentu. Misalnya, anak tidak sadar bahwa dirinya sedang diajak bicara jika suara yang datang kurang keras dan bernada datar agak rendah.  Hipersensitif secara auditori. Anak terlalu peka pada suara sehingga suara yang agak keras pun membuat telinganya sakit, atau nada yg tinggi, atau sebaliknya, nada yg rendah membuat telinganya tidak nyaman. Ketika suara yg datang membuat tidak nyaman telinganya, maka reaksi natural adalah 'menutup' telinga (bisa scr fisik, bisa jg mengabaikan suara itu dan berfokus pd yg lain). Hipersensitif auditori juga membuat anak mudah sekali terganggu oleh suara-suara lain yang bukan suara utama.  Kemampuan regulasi anak belum bagus. Untuk mendengar dengan baik, anak harus dapat membuat di

Menarik Perhatian Anak (1) : Menjadi Teman Main

Bagi anak ABK yang mempunyai kesulitan dalam berinteraksi dengan pengasuhnya dan cenderung menarik diri, tugas pengasuh adalah secara terus-menerus aktif menarik anak untuk berinteraksi dengannya. Akan tetapi, sebelum berusaha menarik perhatian anak untuk berkomunikasi dengannya, langkah yang harus ditempuh lebih dulu adalah membuat anak menikmati kehadiran kita.  Apa yang sedang dilakukan anak saat ini? Bagaimana kita menjadi partner main yang menyenangkan baginya? Kesalahan ortu pada umumnya adalah terlalu aktif dan mengarahkan permainan anak. Cukup beradalah di sampingnya, dan amati tanpa terburu-buru. Apakah kita bisa mengerti apa yang sedang dilakukan anak dengan mainannya itu, bagaimana cerita yang sedang berlangsung, atau setidaknya, bagaimana ia mendapat keasyikan dari aktivitas yang sedang dilakukannya? Jadilah pembantunya. Misalnya, ia sedang mendorong lokomotif dengan banyak gerbong, kita bisa ikut membantu meluruskan agar rodanya tidak keluar dari rel;  atau kalau ia sed

PINTU untuk Anak ABK

Pintu menuju perkembangan emosional (nonfisik) yang baik adalah relasi anak dengan primary caregiver (pengasuh utamanya).  Melalui relasi inilah anak : Mengembangkan kemampuan dan kemauan untuk melihat dan mendengarkan. Memperoleh berbagai kecakapan intelektual : informasi/pengetahuan, cara berpikir logis, cara berpikir common sense, cara menggunakan informasi untuk problem solving, menimbang secara objektif (tidak terjebak dalam pemikiran subjektif). Mengembangkan karakter yang adaptif : bersikap fleksibel (luwes), berani berinisiatif, berani membuat ide (kreatif), asertif, percaya diri, mampu menghadapi rasa frustrasi, mengelola emosi, gigih mencapai tujuan, bertanggung jawab.  Mengembangkan kecakapan sosial : sensitif, empatik terhadap orang lain, mampu membaca komunikasi nonverbal, mampu terlibat dalam komunikasi timbal-balik dengan orang lain.  Ketika seorang anak mempunyai masalah yang merintangi ia dalam mengembangkan relasi, interaksi dengan pengasuh utamanya,

Mengapa Anak Lebih Suka Menyendiri

Menarik anak ABK untuk berinteraksi dengan kita, seringkali tidak mudah. Akan tetapi, dengan memahami faktor yang ada di balik perilaku menarik diri ini, kita bisa mengembangkan strategi untuk membantu mereka lebih mudah terlibat dalam interaksi.  Anak menarik diri, lebih suka menyendiri, dan 'lose contact' dengan orang, antara lain karena : Anak mempunyai sensori yg terlalu sensitif shg dia mudah merasa tidak nyaman di lingkungan, dan juga di tempat biasa org berkumpul. Mungkin ia tidak suka banyak suara, banyak lalu lalang orang. Anak kurang sensitif thd komunikasi yang diberikan oleh org lain. Ia tidak menangkap dgn baik (lwt matanya) gerak-gerik org, mimik wajah org; tidak mendengar dgn baik suara org;  sehingga lepas dari kontak dgn org lain.  Anak merasakan bhw dirinya kurang punya keterampilan merespon komunikasi org lain. Ia kesulitan memahami percakapan org lain, instruksi org lain, dan berkesulitan utk memberikan respon (balasan), mempunyai masalah dlm kom